Konsep
dan asas mengasihi musuh dalam
membangun karakter kehidupan rohani Kristen, landasannya dapat kita lihat ataupun
tertulis dalam Injil Lukas 6 ayat 27 sampai dengan ayat 36. Memang, ayat ini
bisa kita kategorikan sebagai salah satu “ayat
emas” dalam Alkitab yang sangat sering dijadikan sebagai Nats Khotbah bila
ada kegiatan keagamaan Kristen atau perkumpulan-perkumpulan umat Kristiani
(kebaktian atau kebangkitan rohani).
Kalau
kita telaah dan perhatikan bahwa ajaran terdalam Tuhan Yesus Kristus kepada
seluruh umat-Nya di dunia ini adalah “KASIH”.
Meskipun, fakta nyata yang acapkali terjadi didunia, jarang kita melihat dan
menyaksikan bahwa banyak orang yang selalu berkoar-koar sangat lantang dan
nyaring menyuarakan tentang kasih, namun aplikasi implementasinya selalu
meleset ketika mempraktekkannya secara langsung dalam kehidupannya sehari-hari.
Tidak jarang pula, banyak orang yang selalu mengatasnamakan kasih melakukan
berbagai tindakan dan perbuatannya, tetapi dalam prakteknya ada maksud-maksud
tertentu dibelakangnya, istilahnya “ADA
UDANG DI BALIK BATU”. Apakah memang begitu susahkah mempraktekkan kasih itu
dalam kehidupan sehari-hari?
Hakekat
manusia sebagai mahluk sosial, tidak luput dari adanya interaksi sosial kemasyarakatan
didalam kehidupannya. Misalnya, para kawula muda yang pada masa usianya dikonotasikan
sangat identik dengan persahabatan yang sangat begitu akrab dan kental, sampai
ada sepenggal bait lagu yang mengatakan bahwa “persahabatan itu bagai
kepompong, dst...”. Memang, tak dapat kita pungkiri bahwasanya masa usia muda
adalah masa-masa yang paling indah dan sangat berkesan bagi siapa saja termasuk
penulis sendiri, karena masa muda adalah sepenggal waktu yang dimiliki untuk
secara bebas mengeksploitasikan bakat dan kemampuan yang dimiliki dalam diri
masing-masing.
Terkadang
dalam konsep mengeksploitasikan bakat dan kemampuan khusus yang tertanam dalam
diri masing-masing, secara spontan dan tanpa sadar kita banyak membentuk
komunitas grup pertemanan, grup pada divisi profesi pekerjaan, grup seperti
teman bermain, teman berolahraga, teman mengembangkan skill bersama, teman
saling curhat-curhatan bersama, teman bergumul bersama, teman pendidikan luar
sekolah bersama, teman persahabatan online (misalnya di facebook atau twitter, path, instagram, line, chat BBM), dan macam
bentuk pertemanan lainnya.
Adanya
berbagai komunitas-komunitas pertemanan diatas, tentu adalah sebahagian dari
tuntutan jaman dan sangat wajar dilakoni, mengingat pergaulan manusia dalam
lingkup kehidupan sosial kemasyarakatan adalah sangat penting untuk membentuk
kejiwaan (sering disebut dengan “karakter
building”) muda mudi Kristen, namun apakah hal ini akan memberikan dampak
positif atau malahan efeknya negatif bagi perkembangan kejiwaan manusia,
khususnya kawula muda pemuda/pemudi Kristiani saat ini?
Nah,
kalau kita membahas apakah dampaknya adalah positif atau negatif, maka sebenarnya
banyak aspek ataupun pelbagai pandangan teori yang berhubungan dengan hal tersebut,
dan tentu saja akan saling mempertahankan argumennya dan kebenarannya masing-masing,
dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa semuanya itu adalah tergantung pada
kepribadian kita masing-masing dalam rangka memanajemen diri dalam setiap komunitas
pertemanan yang diikuti. Oleh sebab itu pulalah, kita tidak perlu heran ataupun
bertanya-tanya bila suatu saat nanti ada sebahagian orang yang dengan mudah
dapat terpengaruh dan atau terbawa arus gelombang dari pengaruh teman-temannya
yang ada dikomunitasnya, ataupun menemukan fakta bahwasanya ada teman yang
sangat aktif memberikan atay menyebarkan pengaruh atau menentukan arah kebijakan
kepada kelompoknya.
Nats
yang terdapat dalam Kitab Injil Lukas 6 ayat 27 sampai dengan ayat 36 merupakan
nats tentang adanya ajaran Yesus Kristus kepada murid-muridNya, kendati pada saat
itu banyak sekali orang yang mengikuti Yesus dan sangat ingin mendengarkan
kotbah-Nya. Yesus menawarkan 1 (satu) prinsip bagi orang yang mau mendengarNya
(baca ayat 27) yaitu kasih. Hingga ayat yang ke-26, Yesus mencontohkan
perbuatan kasih yang bagaimana yang dimaksudkan. Membalas kejahatan dengan
berbagai kebaikan, mengasihi orang yang tidak mengasihi, mendoakan orang yang
telah mencaci maki, menyatakan perbuatan baik tanpa mengharapkan balas jasa,
dan murah hati kepada “BAPA DI SORGA”.
Konsep
ajaran Yesus Kristus diatas, merupakan karakter yang hanya mungkin bisa
dimunculkan dalam diri seseorang yang benar-benar telah memiliki kehidupan
rohani Kristiani yang baik, karena apa yang ada didalam memengaruhi tindakan
yang tampak jelas dan konkrit. Artinya, Yesus tidak hanya sebatas mengajarkan
bagaimana caranya berbuat baik yang dilandaskan pada kasih, namun juga, Yesus benar-benar
ingin agar supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya memiliki karakter
seperti itu.
Kasih
yang diajarkan dan ditekankan Yesus bukan merupakan kasih yang hanya tampak
didepan mata orang saja (tidak ada sesuatu maksud dibalikmya), melainkan juga
kasih yang ditawarkan merupakan kasih yang bagaimana kita melakukannya dengan
sadar atau dalam alam pikiran yang waras. Orang tidak cukup hanya dengan
menahan diri dari tindakan-tindakan saling bermusuhan, ia harus berbuat sesuatu
kepada mereka yang telah membencinya dengan perbuatan kasih yang nyata,
sehingga anggapan memusuhi tidak berasal dari diri kita melainkan dari mereka
yang telah melakukan kesalahan.
Kalau
kita cermati, sungguh luar biasa nats dalam Injil Lukas 6 ayat 27 sampai dengan
ayat 36 yang membahas mengenai kasih ini. Sehingga, berdasarkan nats Kitab
Lukas 6 ayat 27 sampai dengan ayat 36 ini, maka tidak ada alasan ataupun dasar
bagi umat Kristen yang ada diseluruh dunia untuk memiliki musuh dalam kegiatan
maupun kehidupannya sehari-hari. Pembentukan karakter kehidupan rohani yang
seperti inilah yang akan membuahkan hasil yang baik kepada diri sendiri, kepada
keluarga dan juga kepada teman. Prinsip ini semakin dikuatkan oleh Yesus Kristus
sendiri hingga kematian-Nya diatas kayu salib, yang mana makna dari kasih yang
terdalam ada pada perjalanan-Nya dari mulai tahap penyiksaan sampai dengan disalibkan
pada tiang kayu salib. Teladan ini telah diberikan kepada kita selaku umat
Kristiani yang wajib diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
kontribusi yang diberikan oleh umat Kristen dapat lebih bermakna dalam
kehidupan sosial bermasyarakat.
Sekian dan terima kasih.
Sekian dan terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No Link Aktif, Harap Maklum BOSS.....