Dalam
dunia politik Indonesia, kehadiran partai lokal seperti di Provinsi Aceh sudah
sangat diperhitungkan, khususnya dalam pertarungan di Pilkada Serentak gelombang tahap dua (II). Sebagaimana yang dilangsir oleh KPU baru-baru ini, pelaksanaan
pemilihan kepala daerah (pemilukada) pada hari Rabu, tanggal 15 Februari 2017
yang akan datang, Provinsi Nanggroh Aceh Darussalam (NAD) merupakan daerah yang
paling banyak melakukan atau melaksanakan pilkada, yaitu: untuk pemilihan
gubernur, bupati maupun walikota berikut dengan para wakilnya. Walaupun KPU RI belum menetapkan secara resmi melalui "Peraturan Komisi Pemilihan Umum" (PKPU) tentang jadwal tahapan pilkada serentak tahap kedua yang harus dilaksanakan oleh "Komisi Independen Pemilihan" atau KIP Provinsi Aceh dan juga KIP Kabupaten/Kota.
Tentu
saja, para bakal calon yang akan bertarung di pemilukada 2017 akan berusaha
mengambil simpati (meminang) partai-partai lokal yang ada dan eksis di Aceh.
Karena itu, bagi para pengurus partai lokal (parlok) di Aceh ini merupakan
tantangan yang cukup berat untuk bisa tidaknya mensukseskan pilkada serentak
2017, sekaligus mendudukkan para calon yang diusung atau direkomendasikan oleh partai
lokalnya untuk bisa menjadi pemimpin atau kepala daerah untuk masa bakti 5
(lima) tahun kedepan. Dengan kata lain, kami melihat bahwa partai Aceh telah
menjadi salah satu poros kekuatan politik lokal di Aceh yang sangat
diperhitungkan, serta juga tampaknya akan mendapat tantangan yang cukup berarti
di pilkada 15 Februari 2017 nanti.
Kenapa
kami mengatakan bahwa partai-partai lokal (parlok) Aceh akan mendapat tantangan
yang cukup berat di pemilihan kepala daerah serentak tahap 2? Alasannya, disebabkan
dinamika perubahan kekuatan setiap adanya penyelenggaraan pemilu dan atau pilkada akan terjadi
perbedaan pendapat dan atau juga dukung mendukung terhadap calon-calon yang
akan ikut bertarung di pilkada. Tak hanya pecahnya dukungan massa saja,
indikasi terjadi silang pendapat dan atau dukungan yang berbeda-beda dengan
kehadiran tokoh-tokoh Aceh yang memilih maju melalui jalur independen, dan juga
adanya Partai Nasional Aceh yang digawangi sejumlah mantan tokoh-tokoh partai
Aceh, tetapi juga oleh peluang meningkatnya kekuatan partai nasional di
provinsi NAD.
Kalau
kita kilas balik pada perolehan hasil dari pemilu 2009 yang lalu, dari 6 (enam)
partai lokal yang berlaga tercatat hanya 2 (dua) saja partai lokal (parlok) yang
lolos pada peserta Pemilu 2014 yang lalu, yaitu Partai Aceh dan Partai Damai
Aceh (PDA-sebelumnya bernama Partai Daulat Atjeh). Sementara itu, Partai
Nasional Aceh (PNA) merupakan partai lokal baru yang bakal mencalonkan
kader-kader mereka di pilkada-pilkada berikutnya di Bumi Serambi Mekkah.
Pada
pelaksanaan pemilu 2009 sebelumnya Partai Aceh menjadi kekuatan yang tidak dapat
ditandingi oleh partai lokal lain. Partai ini mendapat dukungan terbesar, sekaligus
menjadi pemenang Pemilu 2009 di provinsi yang terletak di pucuk barat Indonesia
ini. Partai Aceh sukses merebut 46,91 % (persen) dari total keseluruhan
perolehan suara sah di seluruh provinsi NAD. Sementara untuk 5 (lima) partai
lokal yang lain tidak mampu membuktikan kemampuan mereka untuk merebut suara
pemilih rakyat di Aceh. Bahkan, perolehan suara lima partai lokal itu jauh
lebih rendah jika dibandingkan dengan perolehan suara partai nasional, seperti
Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai
Persatuan Pembangunan (PPP). Tak ada 1 (satu) pun dari lima partai lokal
tersebut yang berhasil mengantongi dan atau mengumpulkan suara lebih dari 2 % (persen).
Hasil selengkapnya peroleh suara sah 5 (lima) partai lokal di Aceh, adalah
sebagai berikut:
- Partai Daulat Atjeh (PDA) meraih suara sah 1,85 persen;
- Partai Suara Independen Rakyat Aceh mengumpulkan suara sah 1,78 persen;
- Partai Rakyat Aceh mendapatkan suara sah sebesar 1,7 persen;
- Partai Bersatu Atjeh hanya mampu merebut suara 0,77 persen suara
- Partai Aceh Aman Sejahtera hanya mampu meraih 0,52 persen suara;
Dari
hasil pemilu diatas, hanya Partai Aceh dan PDA yang mampu mendudukkan kadernya
di lembaga legislatif Aceh. Partai Aceh mendominasi dengan merebut 33 kursi
dari total 69 kursi. Sementara PDA hanya mampu mendudukkan satu caleg di kursi
DPRD Provinsi Aceh. Di tingkat daerah kabupaten/kota, hanya Partai Aceh yang
mampu secara merata menempatkan wakilnya untuk duduk di kursi legislatif. Tak
kurang dari 224 kader Partai Aceh menduduki kursi DPRD di 21 kabupaten/kota di
Aceh. Sementara PDA hanya mampu menempatkan 12 kadernya di 7 DPRD
kabupaten/kota. Dalam catatan, ada 2 kabupaten yang sama sekali belum
dipenetrasi oleh partai lokal Aceh, yaitu untuk daerah Subulussalam dan Aceh
Singkil.
Pertarungan Menuju Kursi Aceh-1 Pada
Pemilihan Gubernur 2017
Belajar
dari hasil perolehan suara pada pemilu sebelumnya, potensi suara bagi partai
lokal aceh sekitar 50 % (lima puluh persen). Pada pelaksanaan pemilu 2009 yang
lalu, hanya 52 persen pemilih di seluruh daerah provinsi NAD yang memberikan
suara mereka kepada 6 (enam) partai lokal.
Nah,
dengan adanya dinamika politik yang berkembang menjelang pelaksanaan pilgub serentak
2017 mendatang, bukan tidak mungkin akan terbuka kemungkinan popularitas dan
juga citra partai lokal turun drastis. Solidaritas dan dominasi kekuatan Partai
Aceh pun tampak mendapat ancaman sebagai akibat adanya perbedaan pendapat yang
menyebabkan terjadinya konflik internal antar pimpinan atau pengurus partai yang
berujung pada perpecahan kongsi di antara para tokoh dan kader-kadernya.
Salah
satu contoh adalah terjadinya konflik internal di tubuh Partai Aceh yang meruncing
pada masa menjelang Pemilihan Gubernur Aceh tahun 2012 yang lalu. Gesekan
internal yang terjadi bermula pada sekitar bulan Februari 2011, dimana saat itu
Partai Aceh merekomendasikan dan atau mendeklarasikan serta mengusung pasangan Zaini Abdullah
dan Muzakir Manaf sebagai calon gubernur dan wakil gubernur Aceh periode
2012-2017. Adanya penetapan pasangan calon kepala daerah tersebut mendapat
tentangan dan silang pendapat dari para pengurus dan perwakilan Komite
Peralihan Aceh (KPA) dan Partai Aceh di tingkat kabupaten/kota. Salah seorang
kader partai yang sangat lantam dan keras menolak adalah Ligadinsyah yang
sebelumnya dikenal sebagai juru bicara Partai Aceh menolak penetapan
Zaini-Muzakir sebagai pasangan calon kepala daerah.
Adanya
perpecahan pada tubuh partai Aceh sebagaimana kami kemukakan diatask, oleh para
sebahagian kader dan tokoh Partai Aceh yang kecewa kemudian membentuk PNA,
dimana partai PNA bisa lolos menjadi salah satu peserta Pemilu pada tahun 2014
yang lalu. Boleh jadi partai ini akan menjadi batu sandungan terbesar bagi
Partai Aceh dalam kiprahnya di pilgub serentak gelombang tahap II mendatang.
Sejumlah tokoh alumni satria Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang sebelumnya aktif
di Partai Aceh juga hijrah dan bergabung ke partai PNA ini.
Dalam
adanya virus perpecahan di tubuh partai lokal, seperti pada situasi yang kami
jelaskan diatas, segregasi dinamika kekuatan politik di Aceh kelihatannya akan
menjadi sedikit lebih sulit dibaca menjelang penyelenggaraan pilkada 2017
mendatang, terutama untuk mengukur dan menganalisis kekuatan Partai Aceh dan
PNA yang sama-sama digawangi oleh alumni satria GAM. Jika kekuatan basis massa
diukur dari data hasil perolehan suara pada pemilihan gubernur (pilgub) dua
tahun yang lalu, dominasi kekuatan Partai Aceh memang masih kelihatan sangat kuat
dan berjaya. Namun, kekuatannya sedikit mengendur apabila mengacu pada kekuatan
partai aceh di Pemilu 2014 yang lalu bila kita jadikan sebagai tolak ukur
masyarakat, untuk menentukan siapa yang menjadi orang nomor satu di bumi
Iskandar Muda. Selanjutnya bagaimana di Pilkada 15 Februari 2017? Mari
sama-sama kita tunggu.
Tantangan
lain yang kelihatan adalah strategi yang akan dilancarkan kompetitor partai
lokal (parlok) lain kedepannya, yaitu PDA yang mulai menyususn strategi untuk berupaya
melebarkan basis massa dengan mengubah citranya menjadi partai yang lebih
terbuka. Citra PDA yang selama ini dikenal sebagai partai para santri mulai
merangkul pemilih di luar pesantren (dayah). Fakta lain yang dapat menjadi
ganjalan atau tantangan bagi Partai Aceh adalah upaya yang dilakukan oleh
partai-partai nasional yang saat ini lebih gencar meningkatkan kinerjanya
sebagai salah mesin politik yang sangat efektif menghadapi dan atau menjelang pelaksanaan pilkada serentak
2017 tahap 2 mendatang. Prospek signifikan terjadinya peningkatan dukungan terhadap
partai-partai nasional ini, dapat kita baca dari keberhasilan dan prestasi yang
mereka dalam pelaksanaan pemilu tahun 2014 di Aceh.
Memang,
dominasi Partai Aceh yang sebelumnya cukup kuat mulai terlihat goyah, apabila kita
berkaca dengan melihat hasil pelaksanaan pemilu di Aceh tahun 2014, dan juga
hasil perolehan suara sah pada Pemilihan Wali Kota/Wakil Wali Kota 2012 di Kota
Banda Aceh, yang mana dimenangi oleh pasangan Alam Mawardy Nurdin dan Illiza
Sa'aduddin Djamal yang diusung oleh koalisi Partai Demokrat (PD), Partai
Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Bertolak
dari hasil kemenangan partai nasional juga terjadi di Bener Meriah, Gayo Lues,
Singkil, dan Simeulue pada pelaksanaan pilkada tahun 2012 yang lalu. Strategi untuk
mengusung tokoh-tokoh yang memiliki tingkat citra atau popularitasnya sangat kuat akan mampu
mendongkrak peluang utnuk meraih kemenangan untuk partai nasional di Aceh. Jika
teknik dan strategi atau cara sama seperti ini dilakukan oleh mesin partai
politik nasional dalam pilkada 2017 di provinsi NAD, bukan tidak mungkin
kader-kader dari partai nasional atau koalisi partai nasional dan parlok (partai
lokal) non Partai Aceh kemungkinan akan bisa menang di pilkada 2017 mendatang,
dan paling tidak akan menyulitkan dominasi yang disandang oleh Partai Aceh. Sangat
menarik bukan, untuk sama-sama melihat gebrakan dan partisipasi partai politik di provinsi NAD ini, disebabkan partai lokal akan melawan partai nasional untuk meraih simpati rakyat Aceh.
Semoga
bermanfaat dan jangan lupa juga sebagai warga negara agar tetap melakukan pengawasan partisipatif pilkada pilkada serentak tahap II ini supaya berlangsung aman, jujur, adil dan menghasilkan pemimpin kepala daerah yang aman. Sekian dan terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No Link Aktif, Harap Maklum BOSS.....