Kita
melihat akhir-akhir ini, tingginya pengajuan permohonan cerai dan atau talak
pada pengadilan negeri dan juga pengadilan agama, tidak terlepas adanya dalil
atau alasan umum yang menyebabkan timbulnya percekcokan (pertikaian) yang tidak
bisa didamaikan (rukun/rujuk) lagi yang berujung dengan mengambil keputusan
untuk pisah (bercerai). Memang, masalah perceraian dalam rumah tangga bukan
merupakan hal atau barang baru lagi, namun beberapa tahun belakangan ini
sepertinya hal perceraian (cerai hidup) telah kerap terjadi di masyarakat dan
telah juga menjadi trending topik di media masa dan jejaring sosial. Tingginya
perceraian ini juga menyebabkan, akhir-akhir ini telah banyak para pengacara spesialis perceraian yang mengkhususkan diri memberikan bantuan hukum untuk
mengurus masalah yang berkaitan atau berhubungan dengan hukum keluarga ini.
Masalah
perceraian ini, bukan hanya terjadi di kalangan artis (selebritis) seperti yang
acap kali kita lihat di televisi, tetapi juga tren ini terjadi di kalangan
masyarakat biasa. Bagi pasutri (pasangan suami isteri), masalah perceraian
seharusnya menjadi masalah yang harus dianggap serius dalam sebuah rumah
tangga, dimana hal ini tidak boleh sepeleh atau remeh. Karena dampak yang nyata
dan langsung dari terjadinya perceraian bukan hanya melibatkan kedua belah
pihak (suami dan isteri semata), tetapi juga terkait dengan anak-anak dan
keluarga besar keduanya.
Berdasarkan
pengalaman kami selaku advokat, dari beberapa pernyataan yang dikemukakan oleh klien
yang hendak mengajukan permohonan gugatan perceraian ke pengadilan negeri dan atau ke pengadilan agama, ada beberapa
alasan-alasan yang disampaikan, khususnya yang menyangkut penyebab umum terjadi
keinginan bercerai dan mengakhiri hubungan suami isteri dalam sebuah mahligai
rumah tangga. Dimana alasan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Alasan Faktor Ekonomi
Banyak
pasangan muda yang telah lama menikah, hidup rumah tangganya masih terus dalam
kekurangan, padahal telah dicoba untuk bersabar dalam balutan keluarga yang
serba kekurangan. Pada bahagian ini pulalah, banyak pasangan yang tidak kuasa
bertahan dalam hidup yang serba kekurangan, khususnya wanita. Sementara, salah
satu syarat utama untuk menjalin pernikahan yang harmonis adalah mempunyai
pekerjaan layak dan pendapatan ekonomi yang cukup. Jika, urusan keadaan ekonomi
dalam rumah tangga semakin menipis, tentu akan menyebabkan banyak masalah baru
sehingga menimbulkan pertengkaran dan atau cek-cok antara suami dan isteri.
2.
Terjadinya Komunikasi Pasif
Alasan
ini juga mencuat kepermukaan sebagai salah satu dalil mengakhiri hubungan suami
isteri (perceraian). Banyaknya perceraian terjadi di masyarakat karena
kurangnya intensitas komunikasi 2 (dua) arah antara suami dan istri. Jalan
terbaik untuk mengatasi komunikasi pasif adalah dengan mencoba untuk melakukan
komunikasi aktif dan bersifat terbuka meskipun itu secara tidak langsung (via
handphone).
3.
Adanya Perbedaan yang Nyata
Sering
kali sebuah perbedaan apalagi yang kelihatan secara nyata menyebabkan seseorang
melepas hubungan dengan orang lain tanpa adanya tolerasi terlebih dahulu.
Seharusnya, adanya perbedaan ini menjadikan seseorang dapat melihat dan lebih mengerti
adanya kekurangan antar pasangannya (satu dengan lainnya) dan mencari solusi yang
tepat dan efektif untuk bersatu dan saling isi mengisi, bukan malah sebaliknya menjadikan
sebagai alasan untuk perpisahan dan perpecahan dalam rumah tangga. Contoh
perbedaan ini adalah:
- Adanya perbedaan faham dan keyakinan;
- Perbedaan ide dan pemikiran;
- Perbedaan status sosial dari masing-masing keluarga (kaya dan miskin);
- Dan masih banyak yang lain lagi;
4.
Salah Satu Pasangan Tidak Konsekuensi
Menikah
dan berumah tangga adalah sebuah konsekuensi untuk saling percaya, saling
setia, saling mencintai, saling menyayangi, bertanggung jawab, saling menjaga,
dan saling menghargai. Jika suatu saat rasa konsekuensi ini memudar atau hilang,
maka indikasinya akan sangat mudah menyulut terjadi perceraian. Ada beberapa contoh
tingkah laku atau perbuatan tidak konsekuensi yang terjadi dalam pernikahan
adalah:
- Mencintai pihak ketiga;
- Suami mengabaikan tanggung jawab untuk mencari nafkah;
- Istri tidak menjaga kehormatan dan martabat keluarga;
- Dan lain sebagainya;
5.
Salah Satu Pihak Melakukan Perselingkuhan
Selingkuh
adalah merupakan sebuah perbuatan penghianatan dalam rumah tangga. Semua orang pasti
tidak menginginkan orang yang dicintainya melakukan perselingkuhan kepada orang
lain. Tentu saja hal ini menyebabkan luka yang sangat dalam dan membekas di
hati. Luka karena mereka dihianati akan menyebabkan keputusan dini tanpa
pertimbangan matang terlebih dahulu, yaitu langsung melakukan perceraian.
6.
Masalah Kebutuhan Seks (Nafkah Batin)
Adanya
kebutuhan nafkah batin atau seks adalah merupakan salah satu alasan penting
mengapa seseorang memilih melangsungkan pernikahan. Selain kebutuhan jasmani,
kebutuhan batin pun harus terpenuhi agar keutuhan rumah tangga tetap terjaga
dan langgeng. Terkadang ketidakpuasan dalam urusan seks (nafkah batin) ini,
menyebabkan seseorang melakukan perselingkuhan, dimana hal ini akan berujung
pada keputusan untuk melakukan perceraian.
7.
Kesibukan Pekerjaan yang Berlebihan
Rutinitas
bekerja yang sangat sibuk, membuat kedua pihak (suami dan istrei) jarang
melakukan komunikasi aktif. Aktifitas pekerjaan yang berlebihan membuat lelah, sehingga
saat pulang kerja keduanya mungkin akan menghabiskan waktu untuk langsung tidur
atau beristirahat. Keadaan seperti ini tentunya sangat tidak baik dan tidak harmonis,
apalagi ketika beban pekerjaan semakin bertambah dan menumpuk akan menimbulkan
stres. Beban pikiran yang berlebihan karena pekerjaan terkadang membuat
keduanya mudah marah dan tidak bisa mengkontrol emosi sehingga menimbulkan
pertengkaran terus menerus.
8.
Kurangnya Perhatian Terhadap Pasangan
Hakekat
dari sifat manusia yang memiliki watak senang diperhatikan, dipuja dan dipuji, diakui,
dicintai, dan disayangi. Jika dalam keluarga salah satu pasangan mendapatkan
perhatian kurang, maka bibit-bibit kemesraan dalam rumah tangga pun akan tidak
akan tumbul menjadi tunas yang baru. Dan tentu saja hal ini bisa memperbesar
peluang perceraian antara keduanya.
9.
Saling Curiga Mencurigai
Saling
mencurigai pasangan adalah sebuah penyakit yang harus segera diobati, karena hal
ini akan menimbulkan prasangka buruk, menuduh, dan fitnah di dalam kehidupan
berumah tangga. Sifat ini biasanya dimiliki oleh pasangan yang protektif.
10. Pasangan Sering Bertengkar
Adanya
pertengkaran dalam rumah tangga pasti dialami oleh banyak pasangan. Namun, pertengkaran
sekecil apapun itu, sebaiknya tidak dianggap remeh, apalagi jika watak keduanya
(suami dan isteri) mudah tersinggung dan sulit untuk berdamai (rujuk), tentu hal
ini akan sangat mudah untuk mengeluarkan kata-kata yang bernada perceraian.
Jika pertengkaran suami isteri sering terjadi, maka akan sangat mudah mereka
untuk memilih bercerai.
11.
Intimidasi dan Tindak Kekerasan (KDRT)
Intimidasi
atau perkataan kasar yang dilontarkan oleh suami kepada istri atau sebaliknya, dapat
mematikan kemesraan dan keharmonisan dalam rumah tangga, apalagi jika sampai
terjadi kekerasan (misalnya pemukulan) dalam rumah tangga. Siapapun itu,
apalagi seorang istri adalah manusia yang mempunyai perasaan dan hati,
intimidasi dan kekerasan (KDRT) akan membuatnya lebih memilih untuk memutuskan
hubungan perkawinan dari pada bertahan di dalam penderitaan mengalami siksaan
fisik.
12.
Tidak Mempunyai Keturunan (Anak)
Memang
salah satu alasan orang untuk berumah tangga (menikah) adalah untuk mendapatkan
keturunan (anak). Sehingga sering juga alasan ini dijadikan sebagai dasar
seseorang hingga mau mengakhiri rumah tangganya dengan jalan perceraian.
Apalagi bila salah satu pasangan, masih memegang teguh adat istiadat.
Itulah
beberapa alasan umum yang dijadikan orang untuk melakukan perceraian dan atau cerai talak. Semoga
bermanfaat, sekian dan terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No Link Aktif, Harap Maklum BOSS.....