Sobat
blogger medan pengunjung blog law office silaen & associates, kali ini kita
kan membahas “Tradisi Sipaha Lima Pada Masyarakat Batak Parmalim”, yakni tradisi
dan budaya yang merupakan sebuah upacara atau ritual suci yang dilakukan
setahun sekali oleh masyarakat Batak Parmalim di Sumatera Utara. Dimana, tempat
dilakukannya tradisi dan budaya Sipaha Lima ini adalah di Desa Huta Tinggi,
Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir (Kab. Tobasa).
Sebelum
kami melanjutkan pembahasan ini, perlu kiranya Anda para sahabat blogger medan
pengunjung setia blog kantor advokat & pengacara agar terlebih dahulu membaca
artikel yang telah kami tulis sebelumnya yang masih berkaitan dengan “Tradisi
Masyarakat Parmalim” yang berjudul: “Tradisi Sipaha Sada” agar semakin memahami tradisi dan mengenal dari dekat budaya
asli yang berkembang dan dilaksanakan oleh masyarakat Batak Permalim di
Sumatera Utara (Sumut).
Kita
lanjutkan membahas tentang apakah tradisi dan budaya Sipaha Lima itu? Tradisi Sipaha Lima adalah salah satu ritual atau upacara
suci dalam tradisi masyarakat suku Batak yang dilaksanakan di Huta
Tinggi, Labuboti, Sumatera Utara, khususnya bagi mereka masyarakat suku Batak yang
menganut kepercayaan Malim (atau
lazim disebut dengan Permalim). Tradisi Sipaha Lima ini lazim dilakukan sebagai
satu ungkapan rasa syukur atas apa yang selama ini mereka dapatkan kepada sang
pencipta. Tradisi Sipaha Lima ini biasanya dilaksanakan setahun sekali sesuai
dengan kalender masyarakat Batak.
Kalau
kita review tentang sejarah lahirnya Tradisi Sipaha Lima pada masyarakat Batak
Parmalim, menurut beberapa sumber sejarah yang ada, tradisi ini sudah dilakukan
para penganut Parmalim sejak ribuan tahun yang lalu hingga saat ini.
Kepercayaan Parmalim ini merupakan kepercayaan asli masyarakat Batak pada jaman
dahulu. Menurut sejarahnya lahirnya Tradisi Sipaha Lima ini awalnya
diperkenalkan oleh Raja Sisingamangaraja XII. Selain sebagai salah satu
pahlawan dan pemimpin masyarakat Batak, Raja Sisingamangaraja XII juga
merupakan penganut kepercayaan Malim atau Parmalim ini.
Karena
pada masa itu, para penganut Parmalim masih menyebar diberbagai tempat atau
daerah, kemudian Raja Sisingamangaraja XII memberikan titah atau
perintah kepada Raja Mulia
Naipospos untuk melembagakan ajaran dan kepercayaan Parmalim tersebut
agar para penganutnya dapat berkumpul bersama dan memiliki identitas yang
jelas, salah satunya dengan pelaksanaan tradisi dan budaya Sipaha Lima ini.
Memahami Fungsi Dan
Makna Tradisi Sipaha Lima
Tradisi
Sipaha Lima ini dilakukan oleh masyarakat Batak, khususnya para penganut
keparcayaan Parmalim sebagai salah satu ungkapan rasa syukur kepada sang
pencipta atas apa yang mereka dapatkan selama ini. Selain itu, tradisi ini juga
dilakukan untuk menghormati para leluhur Batak. Bagi masyarakat Batak Parmalim,
tradisi dan budaya Sipaha Lima ini dimaknai sebagai upacara sakral/suci dan
penuh kebersamaan yang penuh dengan suka cita. Hal tersebut juga sangat
terlihat dari berbagai prosesi yang dilakukan selama berlangsungnya acara
tersebut.
Nah,
tradisi dan budaya Sipaha Lima pada masyarakat Batak Parmalim ini biasanya waktunya
dilakukan setahun sekali, yakni pada bulan ke lima, sesuai dengan perhitungan kalender
Batak. Sedangkan tempat pelaksanaan Tradisi Sipaha Lima ini biasanya digelar pada
Bale Pasogit Desa Huta Tinggi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir,
Sumatera Utara, yang juga menjadi tempat pusat penganut kepercayaan Parmalim.
Bagi penganut Permalim, “Bale
Pasogit” (balai asal-usul) sendiri merupakan “Huta Nabadia” (tanah suci).
Pada
pelaksanaan Tradisi Sipaha Lima ini, biasanya dilangsungkan dalam beberapa
tahap utama, di antaranya adalah:
1)
persahadatan (ikrar dan doa);
2)
pemberian persembahan (pameleon);
3)
dan panantion (pemberian nasehat-nasehat);
*) Tahapan-tahapan
tersebut diatas biasanya dilaksanakan lebih dari satu hari, bahkan juga bisa
sampai 2-3 hari.
Sebelum
masyarakat Batak Parmalim akan mengikuti upacara tersebut, mereka diwajibkan
melakukan beberapa persiapan. Karena tradisi ini adalah bersifat sakral dan
suci, sehingga ada beberapa persiapan yang harus dilakukan, sesuai dengan
ajaran dan ketentuan yang berlaku secara turun temurun. Selain itu, untuk
mengikuti acara ini, mereka juga diwajibkan untuk berpakaian adat,
lengkap dengan ulos khas Batak.
Dalam
pelaksanaan tersebut, pertama dibuka dengan prosesi persahadatan, dimana dalam
prosesi ini biasanya dilakukan dengan memanjatkan doa-doa dan ikrar kepada sang
pencipta agar diberikan kelancaran saat berjalannya acara Sipaha Lima. Selain
itu, penganut Parmalim juga tidak lupa memanjatkan doa-doa kepada leluhur
mereka, serta para pemimpin mereka terdahulu. Dalam prosesi tersebut biasanya
dipimpin oleh pemimpin agama yang disebut dengan “Ihutan”. Setelah itu,
biasanya akan dilanjutkan dengan tari tor-tor yang menjadi ciri khas Batak dan
diiringi oleh musik tradisional “Gondang
Batak” hingga selesai.
Keesokan
harinya acara tradisi Sipaha Lima berlanjut dengan prosesi penyembelihan kerbau
(horbo sakti) dan pemberian persembahan. Persembahan yang diberikan biasanya
terdiri dari beberapa masakan khas Batak, termasuk kerbau yang sudah disembelih
dan dimasak tersebut. Namun sebelum digunakan, persembahan tersebut tentunya
harus disucikan terlebih dahulu. Setelah semua persembahan siap, kemudian
diletakkan pada tempat khusus dan dilakukan doa-doa dengan dipimpin oleh Ihutan.
Pada
prosesi terakhir, ditutup dengan panation atau pemberian ceramah oleh Ihutan.
Isi ceramah tersebut biasanya tentang nasehat-nasehat dan ajaran agama agar
mereka senantiasa berbuat baik. Setelah ceramah selesai kemudian dilanjutkan
makan bersama, sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing.
Nilai-nilai Dalam Pelaksanaan
Tradisi Sipaha Lima
Bagi
masyarakat Batak, khususnya penganut Parmalim, tradisi dan budaya Sipaha Lima
ini sangat kaya akan nilai-nilai didalamnya. Terutama nilai religi, nilai
budaya, nilai kehidupan, serta nilai kebersamaan.
Dari
segi nilai religi, maka dilihat dari fungsinya, pelaksanaan Tradisi Sipaha Lima
ini dilakukan sebagai media untuk berkomunikasi kepada sang pencipta, sehingga
mereka lakukan dengan penuh ketulusan dan rasa hikmat dalam diri mereka.
Disamping
itu, dari segi nilai budaya, pelaksanaan tradisi Sipaha Lima ini juga sangat
kental akan nilai-nilai budaya asli masyarakat Batak. Hal itu sangat terlihat
dari busana, rangkaian prosesi, serta berbagai filosofi yang terkandung di
dalamnya, yang sangat identik dengan budaya pada masyarakat Batak.
Dari
segi nilai-nilai kehidupan, tradisi Sipaha Lima ini juga sangat sarat akan
nilai kehidupan masyarakat, dimana sebagai manusia kita harus selalu ingat
kepada sang pencipta dan bersyukur atas apa yang Tuhan berikan. Hal tersebut
kemudian mereka ungkapkan dalam Tradisi Sipaha Lima ini.
Sementara
dari segi nilai kebersamaan dan persaudaraan adalah salah satu unsur penting yang
termaktub dalam budaya asli suku Batak. Hal tersebut juga sangat terlihat dalam
tradisi Sipaha Lima ini, dimana mereka berkumpul, baik yang datang dari daerah perantauan
yang di wilayah nusantara dan atau luar negeri, baik daerah jauh maupun dekat
dengan Sumatera Utara. Mereka bersama-sama merayakan tradisi ini dengan penuh
hikmat dan suka cita.
Perkembangan
Tradisi Sipaha Lima
Dalam
perkembangannya, tradisi dan budaya Sipaha Lima masih terus dilaksanakan setiap
setiap tahunnya oleh masyarakat suku Batak pada bulan kelima kalender Batak,
khususnya para penganut kepercayaan Parmalim. Sebagai salah satu bagian dari
tradisi dan budaya, tradisi ini tentu masih terus mereka pertahankan
hingga sekarang ini.
Demikian
artikel yang membahas tentang “Tradisi Sipaha Lima Pada Masyarakat Batak Parmalim” di Huta
Tinggi, Kab. Toba Samosir, Sumatera Utara. Semoga ada manfaat dan menambah
pengetahuan para blogger medan, khususnya pengunjung setia blog kantor pengacara & konsultan hukum silaen
& associates tentang tradisi dan mengenal dari dekat budaya asli masyarakat
Batak di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No Link Aktif, Harap Maklum BOSS.....